Dalam studi yang dilakukan oleh Utility Bidder, sebuah organisasi independen yang berbasis di Inggris, Filipina diidentifikasi sebagai kontributor utama sampah plastik laut secara global, dengan 350.000 ton plastik masuk ke laut setiap tahunnya. Hal ini tidak hanya mewakili ancaman lingkungan yang signifikan namun juga menyoroti kerugian besar dalam nilai ekonomi, dimana Bank Dunia memperkirakan kerugian sebesar 78% pada nilai material rantai pasokan plastik di negara tersebut, yang berjumlah $890 juta setiap tahunnya. Selain itu, negara ini menghadapi kesenjangan sebesar 85% mendaur ulang kapasitas, menandakan kebutuhan penting untuk pembangunan infrastruktur dalam pengelolaan sampah plastik.
Sebuah Peluang di Tengah Krisis
Bagi investor yang berpikiran maju, angka-angka menakutkan ini mengungkap sebuah hikmah: peluang untuk membangun infrastruktur daur ulang plastik skala besar. Usaha-usaha seperti ini tidak hanya menjanjikan keuntungan finansial namun juga menawarkan peluang untuk berkontribusi dalam menyelesaikan masalah lingkungan hidup yang mendesak. Dengan mengolah kembali sampah plastik menjadi bahan berharga untuk manufaktur, inisiatif ini dapat membantu mengurangi dampak buruk polusi plastik terhadap lingkungan dan komunitas manusia.
Merintis Ekonomi Sirkular
Konsep ekonomi sirkular, dimana sampah tidak hanya dihilangkan tetapi juga digunakan kembali untuk keperluan produktif, kini semakin populer di Filipina. Departemen Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam (DENR), bekerja sama dengan Nestlé Filipina, menggarisbawahi komitmen ini dengan menjadi tuan rumah “Konferensi Daur Ulang Nasional Filipina: Lingkaran Menuju Daur Ulang dan Sirkularitas” pada bulan Februari 2024. Acara ini bertujuan untuk mendorong dialog antara investor, limbah bisnis manajemen, dan lembaga pemerintah tentang tantangan dan peluang dalam meningkatkan kemampuan daur ulang negara dan ketersediaan bahan kemasan daur ulang.
Tanggung Jawab Produser yang Diperluas (EPR): Lompatan Legislatif
Undang-Undang EPR, yang disahkan pada tahun 2022, mengamanatkan bahwa perusahaan, terutama perusahaan yang memiliki aset lebih dari P100 juta, bertanggung jawab atas sampah plastik yang dihasilkan dari produk mereka hingga tahap pasca-konsumen. Hal ini mencakup kewajiban untuk mengumpulkan sampah plastik dan mematuhi persyaratan pelaporan rutin, yang bertujuan untuk menumbuhkan etos ekonomi sirkular. Setelah itu, DENR dan Nestlé PH telah mempelopori diskusi meja bundar untuk memfasilitasi pertukaran wawasan dan strategi untuk mematuhi mandat EPR, dengan menyoroti perlunya investasi lokal dalam infrastruktur pemulihan limbah dan daur ulang.
Mengintegrasikan Sektor Informal
Sebagian besar upaya daur ulang di Filipina secara tradisional bergantung pada sektor informal. Konferensi yang akan datang ini bertujuan untuk menekankan pentingnya mengintegrasikan para pekerja ini ke dalam sistem pengelolaan limbah formal, yang sangat penting untuk pengentasan kemiskinan dan peningkatan efisiensi daur ulang. Panel ahli dan sesi pemikiran desain pada konferensi ini akan menyelidiki kemampuan daur ulang kemasan plastik fleksibel dan potensi transformasinya, terutama menjadi bahan food grade.
Kesimpulan
Filipina berada pada titik kritis, menghadapi tantangan besar dalam perjuangannya melawan sampah plastik. Namun, dalam krisis ini terdapat peluang besar bagi inovasi, investasi, dan kolaborasi internasional. Dengan mendorong ekonomi sirkular, negara ini dapat mengubah permasalahan plastik menjadi jalan menuju pembangunan berkelanjutan, pelestarian lingkungan, dan pertumbuhan ekonomi. Konferensi daur ulang nasional yang akan datang melambangkan langkah penting dalam perjalanan ini, mengundang pemangku kepentingan dari berbagai sektor untuk berkontribusi demi masa depan yang lebih berkelanjutan dan berketahanan.
Pertanyaan yang Sering Diajukan:
T: Apa pentingnya Konferensi Daur Ulang Nasional Filipina? J: Konferensi ini berfungsi sebagai platform penting untuk membahas pendirian fasilitas daur ulang plastik dan meningkatkan pasokan bahan kemasan daur ulang di Filipina.
T: Bagaimana dampak UU EPR terhadap perusahaan di Filipina? J: Perusahaan dengan aset yang signifikan kini diharuskan mengelola sampah plastik dari produk mereka, yang bertujuan untuk mendorong ekonomi sirkular melalui inisiatif pengumpulan dan daur ulang sampah.
T: Mengapa penting untuk mengintegrasikan sektor informal ke dalam pengelolaan sampah? J: Melibatkan sektor informal membantu meningkatkan efisiensi proses daur ulang dan mendukung upaya pengentasan kemiskinan dengan menyediakan peluang kerja formal dalam pengelolaan sampah.